RedBull / Kratingdeng
di Indonesia dikenal sebagai kratingdeng, pertama saya mengira itu adalah produk thailand, dan sempat tertipu bahwa merk aslinya adalah Red Bull dan merupakan produk Austria, lahir dari seorang Austria bernama Dietrich Mateschitz .
sebelumnya Mateschitz bekerja di Bangkak, dimana dia adalah direktur marketing Internasional untuk Blendex, sebuah perusahaan Jerman pembuat odol (sekarang menjadi bagian Proctec & Gamble).
Hanya sedikit orang yang bisa menciptakan suatu industri baru, inilah salah satunya. Ceritanya ketika dia duduk di sebuah bar di Hotel Mandarin di Hongkong tahun 1982, membaca artikel di majalah bahwa Taisho Pharmaceuticals, produsen minuman tonik adalah pembayar pajak yang terbesar di Jepang. Dari situ dia mendapat ide untuk memasarkan minuman energi tradisional yang popular di Asia kepada konsumen Eropah. Pada tahun 1984 dia bergabung dengan pengusaha Thailand Chaleo Yoovidhya, yang sudah memproduksi minuman energi 'kratingdeng' untuk memasarkan kepada konsumen Eropah. Minuman itu diganti nama menjadi Red Bull dengan merubah rasanya menjadi lebih berkurang unsur sirup dan bertambah unsur kesegarannya. Pemasaran kepada anak-anak muda sebagai energi booster dengan Tag line 'Red Bull give you wings' (banteng merah memberimu sayap)
Pertama dipasarkan di kampung halaman Austria, berkembang ke negara tetangga di eropah dan tahun 1997 masuk ke Amerika Serikat. Sekarang dipasarkan di lebih dari 100 negara dengan jumlah lebih dari 1,5 milliar botol per tahun. Lebih dari 70% pasaran dunia untuk minuman energi dikuasainya. Usahanya berbuah hasil yang hebat, Majalah Forbes menobatkannya sebagai billioner pada tahun 2003.
Awalnya bar menolak untuk menjualnya karena rasanya lebih mirip obat daripada minuman biasa.Tapi Mateschitz yakin kawula muda akan menyukainya. Dia memprediksi secara tepat, banyak clubber yang ingin menari sepanjang malam tanpa menggunakan narkoba seperti ecstasy dan bar akan menjadi lebih hot dengan mencampur red bull ke vodka.
Untuk mencapai konsumen muda yang berorientasi 'underground', Red Bull sangat sedikit promosi di media cetak atau televisi, tetapi lebih bergantung pada promosi mensponsori olah raga extreme atau memberikan sample pada event local dengan menyelenggarakan party untuk kawula muda
Mateschitz menganggap Marketing yang bagus dan juga produk yang bagus menjadi unsur suksesnya.
" Sangat penting untuk mengembangkan cara komunikasi dan strategi iklan yang unik... kampanye yang menggabungkan fisik dan emosi dengan cara yang sangat tidak umum" beliau mengatakannya pada sebuah interview dengan Bangkok Post "Gambaran yang tertanam untuk Red Bull sama sekali tidak ada hubungan dengan produk konsumsi, tapi sesuatu yang mewah dan merupakan suatu identifikasi gaya hidup"
Beliau juga mensponsori 'World Stunt Awards' sebagai penghargaan dunia bagi dunia stuntman dan sebagai event pengumpulan dana tahunan bagi stuntman yang mengalami kecelakaan. Suatu event unik yang pasti menambah image positip bagi Red Bull
cnn.com/SPECIALS/2004/globalinfluentialsstories
forbes.com/finance/lists2003
0 Comments:
Post a Comment
<< Home